Powered By Blogger

Rabu, 11 Agustus 2010

Andai Saja Bisa Memilih

Hidup adalah pilihan, iya atau tidak, benar atau salah serta maju atau mundur.

Kalau saja saya melihat mundur lebih tepatnya 18 tahun silam terlahir seorang pria yang sempurna berkulit putih serta di hiasi dengan sepasang mata, telinga, tangan serta sepasang kaki. Pria ini terlahir dengan tidak terencana oleh kedua orangtuanya. Memang malang kisah pria ini bayangkan saja kalau kita ataupun saya sebagai penulis merasakan apa yang pria ini rasakan. Sebut saja pria ini Putra (nama samaran). Mungkin pada saat itu putra bisa terlahir dengan selamat serta sempurna, tetapi putra tidak mengetahhui tentang apa yang terjadi dan putra ketahhui pada saat itu. Setelah putra di lahirkan putra kini telah di adobsi oleh keluara kaya yang kini membesarkan putra. Putra di adbsikan karena keadaan ekonomi sang keluarga lemah. Ternyata pada saat putra dilahirkan, putra lahir tanpa di dampingi seorang ayah. Bukan meninggal ayahnya melainkan entah pergi kemana ayahnya itu. Satu, dua, tiga tahun bahkan sampai besar putra hidup dengan orang tua angkatnya itu. Coba kita bayangkan dari lahir seorang putra telah hidup jauh dari orang tuanya. Kini putra menjalankan hidupnya dengan orang lain yang putra anggap sebagai orang tua kandungnya sendiri padahal orang tersebut adalah orang tua angkatnya. Hari demi hari di lalui putra dengan penuh semangat. Akan tetapi di saat putra telah menjadi seorang pelajar putra jatuh sakit, sakitnya tidak begitu jelas tapi sakitnya itu terjadi secara terus menerus. Hingga pada saat putra berumur 8,5 tahun putra masih terkena penyakit itu yang tidak jelas asal usulnya. Apa ini yang di namakan tekanan batin??

Pada akhirnya kedua orang tua angkat putra sempat berfikir apakah puttra akan di kembalikan pada sang ibundanya atau tetap di pertahankan sebagai anak angkatnya. Akhirnyapun keputusan telah di ambil oleh kedua orang tua angkat putra yaitu mengembalikan putra pada ibundanya karena hanya sang bundalah yang melahirkannya pada saat itu setelah di tibggalkan ayahnya begitu saja. Hingga suatu saat putra di panggil oleh kedu orang tua angkatnya itu untuk membicarakan maslah pemulangannya putra kepada ibunda. Pada saat itu di beri tahu bahwasanya putra adalah bukan anak kandung dari mereka, putra tidak merasa kaget ataupun ada yang berbeda. Entah mengapa putra bisa seperti itu. Samapi pada suatu saat, sehabis putra pulang sekolah putra di jemput oleh supirnya pada saat itu untuk bertemu dengan sang ibunda yang ternyata telah berkumpul dengan orang tua angkatnya itu di suatu mall di Jakarta Selatan. Dengan santai putra menghampiri perkumpulan itu. Setelah pembicaraan yang cukup lama putrapun pulang, kali ini putra tidak lagi pulang bersama orang tua angkatnya tersebut melainkan oleh sang ibundanya yang turut di temani oleh para keluarga yaitu paman, adik serta kakak putra.
Kini di umur genap yang ke delapan putra tinggal bersama sang ibunda kandungnya serta keluarganya yang kini melanjutkan untuk membesaarkan putra. Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun kini di lewati putra dengan keluarga kandungnya. Hebatnya putra pada saat itu ia tidak merasa kaget sama sekali setelah mengetahui kehidupan sang bunda, sangat jauh berbeda pada saat tinggal dengan orang tua angkatnya. Pada saat itu ada sesosok pria yang menjadi ayah dalam keluarga putra tapi itu hanyalah ayah tiri dari adik dan kakak putra yang kini menadi ayah tiri putra. Putrapun kini telah dewasa, bukan bahagia yang di dapatkan oleh putra saat putra tahu bahwa ayah tirinya itu memaki sang bunda dan meninggalkan sang bunda begitu saja seperti ayahnya dulu, tapi pada saat itu putra belum tau apa apa dia menggangap ayah tirinya ini adalah ayah kandungnya akan tetapi setelah putra mendengar kabar bahwa seorang pria yang menjadi ayahnya itu adalah ayah tiri. Benci, kesal dan dendam perasaan putra pada saat putra melihat sang bunda di caci maki oleh ayah tirinya itu. Sekarang putra menjadi anak yatim yang hidup dengan ibunda serta adik putra karena kakak putra telah tidak tinggal bersama di karenakan kakak putra telah meniikah.
Setiap tahun putra semakin dewasa dan telah mengetahui bahwa putra ini adalah seorang yang tidak punya ayah bahkan putapun mengetahui dirinya bahwa putra adalag anak satu ibu tetapi berbeda ayah dengan kaka dan adiknya, anehnya putra adalah anak kedua. Apa bila beda ayah dengan kakaknya mungkin satu ayah dengan adiknya, tetapi ini tidak, putra satu ibu dengan kakak dan adiknya tetapi beda ayah dengan kakak dan adiknya sangat aneh struktur keluarga dari putra ini. Putra bertanya pada dirinya bahkan pada tuhan siapa ayah putra sebenarnya???? Akhirnya putra menjadi anak yang nakal padahal dahulu putra adalah anak yang rajin, pandai bahkan patuh pada ibundanya, tetapi kini putra menjadi anak yang nakal tidak lagi rajin, patuh bahkan sering melawan sang bunda hingga sang bundapun pernah menangis karena kelakuan putra. Perlakuan seperti ini tidak hanya sekali di lakukan oleh putra sangat sering perlakuan sperti ini di lakukan oleh putra. Hingga pada suatu saat putra memberanikan diri untuk bertanya pada sang bunda siapa ayah putra sebenarnya yang selama ini putra pendam hingga menjadi nakal. Sang bunnda menagis setelah mendengar pertanyaan itu bukan karena pertanyaanya bunda menagis melankan karena bunda mengingat pada saa ia di perlakukan dengan perlakuan yang tidak manusiawi pada saat itu oleh ayah putra, lalu sang bunda menceritakan semua kejadian yang telah terjadi pada putra. Putrapun akhirnya sedih terpukul hatinya setelah ia tau bahwa putra adalah anak yang terlahir dari hubungan di luar nikah. Putra pergi entah kemana merenung seorang diri seakan Allah tidak pernah adil kepada putra mengapa hanya sengsara yang Allah berikan pada putra.
Masalah demi masalah di pendam dengan sendirinya hingga suatu ketika putra mengikuti suatu kehiatan atau seminar tentang kehidupan . seminar itu di ikutinya dengan serius oleh putra hingga acara itu di tutup oleh tangisan putra yang sangat sendu. Acara selesai, putra bergegas menemui sang pemateri yang putra anggap bisa mendengarkan dan member solusi tentang apa yang selama ini putra rasakan dan di pendam. Putra bertanya, mengapa Allah itu tidak pernah adil terhadap saya? Mengapa putra di berikan cobaan yang begitu berat hingga kadang timbul rasa frustasi? Pemateri menjawab dan memberikan semua solusi terhadap putra hingga akhirnya pun sadar, andai saja putra bisa memilih pada saat itu agar tidak menjadi anak haram mungkin putra tidak akan jadi anak haram tapi itu semua tidak mungkin terjadi. Tidak hanya itu saja apa bila putra bisa memilih untuk menjadi orang yang berhasil ataupun selalu bahagia mungkin putra akan senag dan bahagia seumur hidupnya tapi itu semua hanya rencana Allah yang sampai saat ini belum putra ketahui apa maksud dari semua itu.
Setelah pertemuaan itu, putra menjadi orang yang luar biasa. Putra yang dulu tidak ingin bertemu orang lain karena takut akan statusnya yaitu anak haram kini mulai percaya diri untuk menjalankan hidupnya, putra yan nakal kembali menjadi putra yang semula menjadi putra yang baik kembali. Cerita putra ini adalah kisah nyata putra adalah kerabat dekat saya yang hingga kini masih akrab dengan saya. Kisah putra hamper sama dengan kisah saya tidak mempunyai seorang ayah dan belum di pertemukan hingga saat ini. Saya pun berfikir andaikan saja saya bisa memilih? Tapi itu tidak mungkin karena saya tahu bahwa ini semua terjadi tidak kebetulan melainkan rencana Allah. Harapan putra dengan saya sama kapan saya akan bertemu dengan ayah saya yang telah saya rindukan sejak kecil walau bagaimana pun sekali ayah tetap ayah tidak ada yang bisa menggantikannya. Semoga saya dan putra bisa mendapkan apa yang kami berdua harapkan. Amien……

1 komentar: